Dream.co.id – Rumah Sangat Mahal, Alasan Utama Anak Muda Korea Malas Punya Anak Dream – Angka kelahiran di Korea Selatan (Korsel) terus menurun setiap tahunnya, padahal perekonomian negeri ginseng ini sangat maju. Berbagai cara dilakukan pemerintan Korsel untuk memudahkan para generasi muda menikah dan punya anak, tapi tak kunjung berhasil. Banyak faktor yang membuat generasi muda di Korsel enggan menikah dan punya anak. Salah satu faktor terbesar, menurut laporan yang dikeluarkan oleh Korea Research Institute for Human Settlements (KRIHS) adalah biaya perumahan. Kesimpulan tersebut diambil dari analisis berbagai faktor ekonomi dan tenaga kerja yang dikaitkan dengan pola angka kelahiran di Korsel. Tercatat, angka kelahiran cenderung tidak banyak berubah ketika harga rumah stabil. Dengan menggunakan model data panel dinamis, para peneliti menemukan korelasi antara tingkat kesuburan total – jumlah anak yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang wanita hingga akhir masa suburnya sejalan dengan tingkat kesuburan spesifik usia yang berlaku – pada tahun tertentu dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keluarga berencana. Hal ini mencakup berbagai angka dari tahun sebelumnya. Antara lain harga rumah, harga sewa, biaya pendidikan swasta, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran. Biaya tempat tinggal, termasuk biaya membeli atau menyewa rumah, merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi pasangan suami istri dalam memiliki anak pertama, kedua, atau ketiga, meski dampaknya sedikit berbeda.Lebih khusus lagi, para peneliti menemukan bahwa kenaikan harga rumah sebesar 1 persen pada suatu tahun menyebabkan penurunan tingkat kesuburan total sebesar 0,00203, dan kenaikan harga sewa sebesar 1 persen menyebabkan penurunan sebesar 0,00247. Laporan tersebut menyebutkan bahwa 30,4 persen keputusan pasangan menikah untuk memiliki anak pertama disebabkan oleh biaya tempat tinggal, diikuti oleh angka kelahiran pada tahun sebelumnya, sebesar 27,9 persen.Untuk anak kedua, biaya perumahan mempengaruhi 28,7 persen keputusan keluarga. Diikuti oleh angka kelahiran tahun sebelumnya sebesar 28,4 persen. Angka anak ketiga masing-masing sebesar 27,5 persen dan 26,1 persen. Pengaruh pendidikan swasta terhadap keputusan keluarga meningkat secara signifikan setelah kelahiran anak pertama, anak kedua, dan juga anak ketiga. Hal ini mempengaruhi keputusan pasangan untuk memiliki anak pertama hanya sebesar 5,5 persen, namun kemudian meningkat dua kali lipat menjadi 9,1 persen untuk anak kedua, dan bahkan meningkat menjadi 14,3 persen untuk anak ketiga. Pengaruh tingkat partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi juga sangat berperan. Mengacu pada seberapa banyak penduduk perempuan yang bekerja atau ingin bekerja, terhadap keputusan keluarga untuk memiliki anak selalu tinggi. Mulai dari 16,5 persen ketika memutuskan untuk memiliki anak pertama, lalu 15,9 persen dan 15,5 persen ketika memutuskan memiliki anak kedua dan ketiga. Angka-angka ini menunjukkan bahwa pekerjaan tetap perempuan merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan pasangan menikah untuk memiliki anak. Para peneliti KRIHS mengatakan bahwa salah satu kunci untuk mengatasi rekor tingkat kesuburan yang rendah di Korea Selatan adalah mengatasi biaya perumahan. “(Pemerintah) harus mengambil kebijakan sehingga pengantin baru yang mengalami kesulitan finansial dapat memperoleh rumah tanpa mengambil pinjaman dalam jumlah berlebihan,” tulis peneliti.Sumber: Korea Herald